REMOTE MONITORING BERBASIS GPRS
(STUDI KASUS : MONITORING SHELTER BTS)
OLEH
CHRIST VIARLOV LAMING
200860500/0908908020500
Teknik Informatika
PROPOSAL
Diajukan Untuk Melakukan Penelitian
Dalam Penyusunan Tugas Akhir (Skripsi)
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer
(STMIK) Parna Raya Manado
2010
REMOTE MONITORING BERBASIS GPRS
(STUDI KASUS : MONITORING SHELTER BTS)
ABSTRAKS
BTS (Base Transceiver Station) merupakan salah satu elemen sistem komunikasi selular yang menghubungkan MS (Mobile Station) dengan BSC (Base Station Control). BTS umumnya diletakkan dalam suatu ruangan yang disebut shelter BTS. Kondisi Shelter BTS harus selalu memenuhi syarat untukoperasi BTS, yaitu dalam hal suhu, kelembaban, tegangan dll. Selama ini kondisi dari shelter BTS hanya dapat diketahui dengan pengecekan langsung. Karena jumlah BTS yang banyak dan tersebar luas sehingga merupakan masalah dalam pemantauan kondisi shelter BT ini. Sistem remote monitoring dengan menggunakan jaringan GPRS (General Packet Radio Services) dapat membantu untuk memantau kondisi objek secara remote. Jaringan GPRS sendiri sudah sangat luas, bahkan salah satu operator seluler mempunyai jaringan GPRS di hampir seluruh kawasan nusantara.
Dengan menggunakan jaringan GPRS dapat dibuat sebuah sistem monitoring yang bisa mencakup hamper seluruh kawasan nusantara. Pada penelitian ini akan difokuskan untuk memantau kondisi shelter BT.S Parameter utama di shelter BTS yang akan dipantau adalah temperatur, kelembaban, tegangan (power suply) dan pintu. Parameter kondisi ini dipantau dan dikirim ke server melalui jaringan GPRS. Kemudian, data tentang kondisi ini akan disajikan dalam bentuk aplikasi berbasis jaringan, sehingga pengguna dapat menggunakannya dengan mudah.
Kata Kunci: remote monitoring, BTS, GPRS
1. PENDAHULUAN
BTS (Base Transceiver Station) merupakan salah satu komponen penting penunjang infrastruktur telekomunikasi selular. BTS yang didukung oleh sebuah shelter BTS memiliki sistem yang berjalan secara otomatis, dalam arti tidak melibatkan tenaga manusia didalamnya. Shelter yang mendukung BTS ini memiliki beberapa perangkat yang umumnya tidak dipantau kinerja dan kondisinya dari jauh, antara lain lampu, AC, pintu, kipas, alarm, grounding system dan lain sebagainya. Shelter ini sangat penting perannya untuk menunjang kinerja BTS, yang artinya secara tidak langsung juga menunjang kinerja sistem telekomunikasi selular. Sebagai komponen pendukung sebuah sistem telekomunikasi selular, jumlah BTS sangat banyak, karena dalam melayani beberapa mobile station hanya dapat dijangkau pada jarak radius sekitar 5 km. Sebagai catatan salah satu Operator seluler besar di Indonesia mengoperasikan sekitar 100.000 BTS/Shelter diseluruh Indonesia.. Artinya terdapat ribuan shelter BTS yang harus dipantau kondisi dan kinerja perangkat di dalamnya. Kegiatan pemantauan bertujuan untuk memantau kinerja dan kondisi sistem. Ketika kegiatan pemantau ini dihadapkan pada berbagai permasalahan kompleks seperti keakuratan, kehandalan, kecepatan, serta nilai ekonomis tenaga manusia akan menjadi kurang efisien jika digunakan. Bagaimana memonitor objek dalam kuantitas yang besar pada sekala yang besar, dimana setiap objek mungkin memiliki jarak yang sangat jauh satu sama lain harus dimonitor secara kontinyu dalam waktu yang bersamaan merupakan permasalahan yang diangkat disini. Hasil monitor tersebut kemudian harus disampaikan ke tempat yang lain secara terpusat dan sekaligus memberikan notifikasi kepada personil yang bertanggung jawab melalui email apabila terjadi sesuatu ketidaknormalan di suatu BTS tertentu. Sehingga orang tersebut dapat menyimpulkan apa yang sedang terjadi di setiap shelter BTS. Pada akhirnya apa yang terjadi pada tiap shelter BTS ini dapat ditindak lanjuti sesuai kondisi yang sedang berlaku.
2. TEORI PENDUKUNG
2.1 SCADA(Supervisory Control and Data Acquisition)
SCADA (Supervisory Control And data Acquisition) adalah suatu sistem kontrol supervisory dan pengumpul. Pada prakteknya pengumpul data umumnya adalah data dari site di lokasi remote, atau sering disebut sebagai telemetry, dan supervisory control pada site di lokasi remote pula, atau sering disebut telecontrol. Komponen utama dalam SCADA antara lain adalah sistem kontrol yang biasanya diwakili oleh PLC, HMI, dan data base sistem. Ketiga komponen ini saling berinteraksi menjadi satu supervisory yang terintegrasi.(Barata,2004)
2.2 HMI(Human Machine Interface
Proses pemantauan dengan menggunakan teknologi mesin atau komputer dikenal juga dengan HMI (Human Machine Interface). Human Machine Interface merupakan sebuah sistem yang menghubungkan manusia dengan teknologi mesin. Sistem ini memudahkan manusia dalam mengendalikan atau mengetahui status suatu objek atau perangkat melalui visualisasi komputer yang
bersifat realtime. Tugas dari Human Machine Interface (HMI) yaitu membuat visualisasi dari teknologi atau sistem secara nyata. Sehingga dengan desain HMI dapat disesuaikan untuk memudahkan pekerjaan fisik. Tujuan dari HMI adalah untuk meningkatkan interaksi antara mesin dan operator melalui tampilan layar komputer dan memenuhi kebutuhan pengguna terhadap informasi sistem. Sistem HMI biasanya bekerja secara online dan realtime dengan membaca data yang dikirimkan melalui I/O PORT yang digunakan oleh sistem controller-nya. PORT yang biasanya digunakan untuk controller dan akan dibaca oleh HMI antara lain adalah PORT com, PORT USB, PORT RS232 dan ada pula yang menggunakan PORT serial.(Pascal,2005)
2.3 Sistem Polling dan Interrupt
Polling terus menguji PORT untuk melihat apakah data yang tersedia. Artinya, CPU meminta PORT jika ada data yang tersedia atau jika mampu menerima data. Perulangan REPEAT-UNTIL biasanya digunakan untuk sistem polling. CPU terus menerus menjajak PORT untuk melihat apakah PORT sudah siap untuk menerima data. SistemPolling I/O secara inheren tidak efisien. Jika PORT memakan waktu sepuluh detik untuk menerima data/byte lain, CPU akan berputar dalam satu loop
tanpa melakukan apa-apa (selain menguji status PORT) selama sepuluh detik.
Pada awal sistem PC, seperti inilah bagaimanasebuah program berperilaku. Jika ingin membaca satu tombol dari keyboard polling status akan dilakukan PORT keyboard sampai key yang ada ditekan. Komputer akhirnya tidak bisa melakukan operasi lain ketika menunggu keyboard.
Interupsi adalah suatu permintaan khusus kepada mikroposesor untuk melakukan sesuatu. Bila terjadi interupsi, maka komputer akan menghentikan dahulu apa yang sedang dikerjakannya dan melakukan apa yang diminta oleh yang menginterupsi. (Pascal,2005)
2.4 Jaringan seluler
Pada arsitektur GSM kita mengenal tiga subsistem utama yang memiliki tugas dan peran sendiri-sendiri di antaranya :
1. BSS (Base Station Subsystem), memiliki fungsi utama sebagai pengirim dan penerima sinyal radio dari dan menuju MS (Mobile Station).
2. NSS (Network and Switching Subsystem), berperan dalam melakukan pengawan dan control switch pada BSS.
3. OMC (Operation and Maintenance Center), merupakan bagian yang berfungsi untuk mengoperasikan dan menyediakan OS (Operating System) bagi keduanya (BSS dan NSS).
Satu lagi sub system yang ada di dalam GSMyaitu MS (Mobile Station). MS merupakan alat komunikasi yang dibutuhkan pelanggan untuk dapat mengakses layanan yang telah disediakan oleh operator GSM. MS dapat berupa alat komunikasi yang terpasang pada kendaraan atau yang mudah dibawa (portable handheld). MS terdiri atas ME (Mobile Equipment) dan SIM (Subscriber Identification Module). SIM card merupakan kartu identitas bagi pelanggan. Tanpa adanya SIM, maka
mobile equipment tidak dapat beroperasi. Dalam SIM card terdapat mikroprosesor dan memori untuk
menyimpan data pelanggan. MS biasanya dianggap sebagai bagian dari BSS.(Usman,2004)
2.5 Teknologi GPRS
GPRS merupakan layanan komunikasi data yangberbasis paket untuk jaringan GSM dan atau TDMA. GPRS adalah sebagai langkah migrasi menuju jaringan generasi ketiga (3G). Ini mengizinkan operator telekomunikasi untuk mengimplementasikan arsitektur berbasis IP untuk aplikasi data yang akan diteruskan digunakan dan diperluas untuk layanan 3G yang mengintegrasikan suara dan aplikasi data. Jaringan yang berbasis Internet Protocol (seperti global internet dan intranet) dan jaringan X.25 juga didukung oleh versi GPRS
Fitur utama layanan paket data Ada tiga fitur utama yang mendeskripsikan seperti apa paket data, yakni:
1. Selalu online: Peket data menghilangkan proses dial-up. Membuat sebuah aplikasi berjalan hanya dengan sekali klik.
2. Upgrade dari sistem yang telah ada Operator tidak perlu mengganti peralatan mereka untuk GPRS ini. GPRS ditambahkan pada bagian atas infrastruktur yang telah ada.
3. Bagian integrasi dengan sistem 3G: GPRS adalah inti jaringan yang berbasiskan data untuk sistem-sistem 3G yakni : EDGE, WCDMA dan UMTS. (Haryadi,2005)
2.6 Arsitektur GPRS
GPRS adalah jaringan data yang melapisi jaringan GSM generasi kedua. Jaringan data pelapis ini menyediakan pemindahan data paket pada kecepatan 9.6 sampai 171 kbps. Berikut adalah diagram arsitektur GPRS:
GPRS bertujuan untuk menggunakan kembali jaringan GSM yang telah ada selama memungkinkan tetapi untuk membangun jaringan bergerak berbasis paket membutuhkan elemen jaringan, interface, dan protokol baru dibutuhkan untuk menangani lalulintas paket data (Usman,2005)
2.7 Perangkat Pada Shelter BTS
BTS sendiri sebenarnya terdiri dari tiga bagian utama. Yakni, tower, shelter dan feeder. Dari ketiga komponen utama itu, towerlah yang paling jelas terlihat. Di bawah tower, biasanya ada sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3 x 3 meter. Inilah yang disebut shelter. Di dalam terdapat berbagai combiner, module per carrier, core module yakni : power supply, fan (kipas) pendingin, air conditioniner, baterai dan AC(alterneting Current) / DC (Dirrect Current) converter. Dengan kondisi BTS yang selalu siaga, kondisi shelter BTS sebenarnya sangat perlu diperhatikan.
shelter sebagai bagian pendukung kinerja BTS harus berada pada kondisi optimal. Adapun perangkat
pendukung seperti kipas, ac, power suply, AC/DC converter perlu dipantau kerjanya. Kerusakan pada
perangkat pendukung ini dapat memberikan dampak pada BTS yang lain. Masalah yang ada pada BTS disini adalah panas, tegangan turun hingga pencurian
2.8 Modul GPRS SIM300
SIM300 merupakan modul GSM yang memiliki kemampuan GPRS. Bekerja selayaknya ponsel biasa dengan tanpa memiliki interface tambahan. SIM300 bekerja pada jaringan triband GSM. Untuk komunikasi data, SIM300 didukung dengan spesifikasi antara lain GPRS class 10, dukungan PBCCH, skema koding CS 1, 2 ,3, 4, CSD sampai 14.4kbps , mode non-transparant, PPPstack. Alasan penggunaan SIM300 adalah sistemnya masih bersifat minimum. Sehingga dapat] dikembangkan dengan lebih leluasa untuk berbagai keperluan. Selain itu dapat menghemat ruang pada proses pembuatan PCB.
Gambar 3. Modul GPRS SIM300
Alasan penggunaan SIM300 adalah sistemnya masih bersifat minimum. Sehingga dapat dikembangkan dengan lebih leluasa untuk berbagai keperluan. Selain itu dapat menghemat ruang pada proses pembuatan PCB.
2.9 Microcontroller
Mikrokontroller sebagai sebuah “one chip\ solution” pada dasarnya adalah rangkaian terintregrasi (Integrated Circuit-IC) yang telah mengandung secara lengkap berbagai komponen pembentuk sebuah komputer. Berbeda dengan penggunaan mikroprosesor yang masih memerlukan komponen luar tambahan seperti RAM, ROM, timer, dan sebagainya untuk sistem mikrocontroller, tambahan komponen diatas secara praktis hampir tidak dibutuhkan lagi. Hal ini disebabkan semua komponen penting tersebut telah ditanam bersama dengan sistem prosesor ke dalam IC tunggalmikrokontroler bersangkutan. Dengan alasan itu] sistem microcontroller dikenal juga dengan istilah populer the real Computer On a Chip atau komputer] utuh dalam keping tunggal, sedangkan sistem mikroprosesor dikenal dengan istilah yang lebih terbatas yaitu Computer On a Chip atau komputer dalam keping tunggal (Wardhana,2006). Mikrokontroler yang dipergunakan disini adalah jenis mikrokontroler AVR dengan tipe ATmega128. Alasan penggunaan mikrokontroler jenis ini adalah sudah banyak dipasaran, selain itu dengan spesifikasinya yang tinggi akan memudahkan untuk penambahan fitur-fitur baru yang mungkin dapat direncanakan kedepan (Winoto,2008)
3. PERANCANGAN DAN ANALISIS
3.1 Analisa sistem
Dalam sebuah shelter BTS terdapat beberapa peralatan yang menggunakan sumber daya berupa tegangan jala-jala. Selain itu, terdapat pula beberapa output berupa besaran listrik ataupun menggunakan sumberdaya berupa listrik seperti pintu. Untuk menjadikan peralatan-peralatan tersebut dapat dipantau, tentunya harus diberi beberapa penyesuaian dengan penambahan sensor. Kondisi shelter BTS yang dipantau meliputi kipas, AC, power suply, pintu, dsb. Sistem yang akan dipantau harus memiliki kriteria tegangan yang sesuai dengan input dari sistem pemantau ini. Oleh karena itu, penyesuaian level tegangan diperlukan disini.
Suhu dan kelembaban menggunakan sensor yang level teganganya harus disesuaikan dengan input dari sisem pemonitor disini. Untuk kondisi nyala dan mati direpresentasikan dengan tegangan 0 volt dan 5 volt. Untuk beberapa kondisi dapat dipantau langsung menggunakan sensor khusus seperti kondisi suhu dan kelembaban. Tercatat beberapa sensor suhu dan kelembaban tersedia dipasaran. Output dari sensor suhu atau kelembaban ini hanya perlu diberi pembangi tegangan untuk menyesuaikan tegangan terhadap tegangan input yang disyaratkan oleh sistem pemantau. Hal ini dikarenakan adanya referensi tegangan sistem sebesar 4,54 volt. Dengan kata lain untuk nilai tertinggi dari pengindraan suhu harus membuat output berada pada tegangan 4,54 volt. Mengatasi pemasalahan kondisi kipas, AC dan power suply dapat diatasi dengan mempergunakan relay yang memiliki spesifikasi tegangan yang berbeda untuk bagian kontaknya. Sementara untuk memonitor kondisi pintu, dipergunakan relay lidi atau relay yang dengan dipacu oleh aktivitas fisik lainya.
3.2 Spesifikasi sistem
1. Sistem dapat bekerja secara wireless, dan ditempakkan di mana saja selama terjangkau oleh jaringan GPRS.
2. Sistem dapat membaca dan mengenali input berupa tegangan, baik yang direpresentasikan sebagai tegangan digital ataupun analog.
3. Penggunaan input jenis digital dan analog dibedakan dari port yang disediakan.
4. Sistem dapat mengirimkan data digital berupa 16 input digital.
5. Sistem dapat mengirimkan data analog berupa 8 input analog.
6. Sistem dapat memproses perintah ke dalam 8 output digital.
7. Data analog yang dikirimkan berupa nilai ADC dari tegangan masukan, bukan berupa representasi nilai tegangan itu sendiri secara langsung.
8. Sistem mengirimkan data ke server secara periodik dalam selang waktu tertentu.
9. Delay yang merupakan sampling dibuat satu menit untuk tiap pengiriman data ke server untuk meminimalisasi biaya GPRS.
10. Sistem bekerja pada tegangan 220 dengan frekuensi 50 Hz.
11. Sistem membutuhkan antena eksternal untuk penerimaan sinyal yang baik.
3.3 Analisis Biaya GPRS
Pada rancangan sistem ini, pengiriman data dibuat untuk dapat melakukan pengiriman data selama kurang lebih 60 detik sekali. Dengan perkiraan bahwa sistem akan dinyalakan nonstop, maka dalam satu harinya akan tercatat terdapat 1.440 kali pengiriman data. Perhitungan ini adalah pendekatan secara ideal dengan cara mengalikan jumlah menit dalam satu jam dengan jumlah jam dalam satu hari. Secara praktis, akses data terhadap server dengan menggunakan media telpon selular GPRS regular adalah sebesar 2 kilobyte. Dengan besar data tersebut, biaya GPRS yang dikenakan adalah sebesar 2 rupiah (untuk operator indosat)
3.4 Tujuan sistem
Tujuan dari peracangan sistem ini adalah membuat suatu sistem yang dapat memonitor kondisi shelter BTS secara periodik dengan cara mengirimkan data kondisi terakhir ke sebuah server.
3.5 Arsitektur sistem
Bagian pemantau yang disimpan di beberapa BTS terdiri atas beberapa komponen yakni SIM300, MCU, port untuk input sensor, dan power suply, secara periodik mengirimkan data ke server. Data akan disimpan di bagian sever menggunakan database MySQL. Beberapa user yang berkepentingan dapat melihat data tersebut dengan mengakses aplikasi web browser yang sederhana.
3.6 Perancangan Perangkat Lunak
Ketika program dimulai, pembacaan sensor dilakukan hasil pembacaan disimpan dalam sebuah register. Data tidak disimpan secara permanen, hanya disimpan semantara saja, untuk keperluan selanjutnya yakni pengiriman. Setelah data disimpan sementara, koneksi GPRS dipersiapkan. Jika Koneksi berhasil data langsung dikirim. Respon dari server setelah terjadi proses pengiriman data merupakan sandi untuk mengendalikan port output MCU. Setelah pengiriman selesai, proses akan berhenti. Proses seterusnya akan berulang setelah 44 detik
3.6 Perancangan Perangkat Lunak
Ketika program dimulai, pembacaan sensor dilakukan hasil pembacaan disimpan dalam sebuah register. Data tidak disimpan secara permanen, hanya disimpan semantara saja, untuk keperluan selanjutnya yakni pengiriman. Setelah data disimpan sementara, koneksi GPRS dipersiapkan. Jika Koneksi berhasil data langsung dikirim. Respon dari server setelah terjadi proses pengiriman data merupakan sandi untuk mengendalikan port output MCU. Setelah pengiriman selesai, proses akan berhenti. Proses seterusnya akan berulang setelah 44 detik kemudian.
Gambar 5. Flow Chart Software
Delay 44 detik akan membuat pengiriman data menjadi sekitar satu menit. Alasan pemberian interval satu menit untuk tiap pengiriman adalah penghematan biaya GPRS. Pencuplikan selama satu menit dianggap tidak terlalu cepat sehingga dapat membuat masa aktif kartu prabayar pada SIM300 lebih lama. Selain itu dengan interval satu menit yang dipergunakan akan lebih mempermudah perhitungan waktu untuk jam. Pemberian interval dilakukan secara tidak langsung dengan mengaturinterupt timer.
Berdasarkan flowchart diagram diatas, terdapat beberarapa aktivitas mikrokontroler yang berkaitan dengan pengendalian SIM300. Tiap aktifitas dari mikrokontroler ini dibuat dalam beberapa fungsi.
Fungsi utama adalah fungsi yang memanggil fungsi fungsi yang dicantumkan pada tabel 2. Dengan menganalisis urutan kerja SIM300 untuk melakukan koneksi GPRS, didapat suatu alur yang merupakan bentuk baku untuk melakukan koneksi GPRS. Ada beberapa alur yang mungkin dapat terjadi, hal ini dikarenakan kondisi koneksi GPRS SIM300 terhadap jaringan GPRS. Selanjutnya, fungsi ini dipanggil secara periodik, sehingga membuat interval pengiriman selama sekitar 1 menit. Secara garis besar, Fungsi utama akan melakukan pengecekan kondisi koneksi GPRS SIM300 terhadap jaringan dengan memanggil fungsi\ cipstatus(). Tindakan yang berbeda akan dilakukan, tergantug dari kondisi koneksi tersebut, yakni\ kondisi INITIAL, CONNECT, CLOSE atau lainya. Tindakan yang dilakukan dijelaskan dalam blok proses, misalnya proses CSTT dapat dijabarkan sebagai pemanggilan fungsi cstt() yang terdapat pada tabel 2, kemudian dengan mengacu kepada hasil dari pemangilan fungsi tersebut, terdapat 2 kemungkinan respon atas pemanngilan fungsi CSTT
tersebut. Jika responya berhasil, maka oprasi akan dilanjutkan ke blok selanjutnya dan jika gagal akan dilakukan pemanggilan terhadap fungsi cipshut, dan alurnya akan dikembalikan ke awal, dan seterusnya.
4. PENGUJIAN
Pengujian dilakukan dengan mengimplementasikan sistem di sebuah rumah, sebagai simulasi sebuah BTS. Sistem ditempatkan di lokasi sekitar Jalan Supratman Bandung, dan dibuat untuk melakukan beberapa operasi. Pengujian terhadap delay dillakukan dengan membuat counter berbasis interrupt. Counter ini memiliki interval waktu 1 milidetik untuk setiap penambahanya. Lokasi sistem pemantau jarak jauh ini disimpan di daerah sekitar Lapang Supratman Bandung. Semantara itu, untuk proses pemantauan yang menggunakan aplikasi berbasis jaringan internet dilakukan di warnet di daerah sekitar Dipatiukur Bandung. Jarak antara keduanya adalah sekitar 2,3 kilometer. Untuk alasan pengujian, akan dilakukan beberapa hal pada sistem, yakni : mematikan lampu, merubah besar pembagi tegangan, dan mengontrol status 8 port output. Mematikan lampu dan merubah besar pembagi tegangan dilakukan di lokasi yang dipantau, yakni daerah sekitar Lapang Supratman.
Sementara itu, proses pengontrolan dilakukan di lokasi yang pemantau, yakni daerah sekitar Dipatiukur. Dapat dilihat di Google maps pada lokasi seperti yang diperlihatkan gambar 6.
Gambar 6. Peta Google map
Kondisi terakhir ketika alat ditinggalkan adalah lampu menyala, tegangan pada pembagi tegangan adalah 1,35 volt yang diukur menggunakan voltmeter digital dengan ketelitian dua angka dibelakang koma. Alat diaktifkan mulai dari jam lima sore tanggal 26 Januari 2010
4.1 Pengujian Delay
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan internal timer pada atmega128. Timer pada atmega128 dibuat interrupt overflow pada interval 1 milidetik. Interupt timer digunakan untuk mencacah, dengan demikian ketika terjadi proses increment nilai cacahan sebanyak satu artinya telah terjadi delay selama satu milidetik. Untuk memulai dan menghentikan pencacahan dilakukan dengan menggunakan fungsi yang diaktifkan diluar fungsi interrupt. Dengan cara ini, didapat perhitungan waktu delay yang cukup akurat, dengan akurasi satu milidetik. Selain itu, dengan cara ini pengujian menjadi lebih efisien dari segi penggunaan peralatan.
Delay dihitung pada tiap fungsi yang membangun fungsi utama main_function. Delay pada tiap fungsi dihitung secara bagian per bagian,Hasil dari pengukuran delay ini akan menjadi standar waktu terkecil yang membuat system dapat mengirim data pada interval yang tersingkat. Berikut delay untuk respon SIM300 terhadap AT-Command:
Tabel 4. Hasil pengukuran delay respon SIM300 terhadap perintah AT-Command
4.2 Pengujian Keakuratan
Pengujian keakuratan menyangkut keutuhan informasi yang dikirimkan ke database server. Skenario penujian ini dilakukan dengan menggunakan alat eksternal seperti pembagi tegangan dan saklar. Pengujian keakuratan dilakukan dengan merubah kondisi sensor terhadap kondisi sebelumnya. Sebagai tambahan waktu yang dicatat ketika pengerjaan pengujian bukan waktu yang terdapat pada server melainkan waktu setempat.
1. Kondisi awal pengujian
Pada tahap ini dicatat beberapa kondisi, yakni. Lampu berada pada kondisi mati, pembagi tegangan berada pada level tegangan 1,34 volt. Selain dua input tersebut, input yang lain hanya terkoneksi ke ground untuk membuat nilai nol. Kondisi ini didiamkan beberapa menit, sehingga database dapat
mencatat kondisi ini sekitar beberapa saat, yakni sebagai berikut:
Tabel 5. Data kondisi awal input digital yang dicatat di database server.
Dengan melihat tabel data digital, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang disampaikan ke server mewakili kondisi yang sebenarnya. Untuk data analog, seperti yang diperlihatkan tabel 6. Tegangan 1,34 volt yang dibaca voltmeter ditampilkan secara bervariasi. Nilainya sekitar 0,2 volt diatas tegangan yang terukur oleh voltmeter. Berdasarkan data diatas dapat diketahui statistik
sebagai berikut:
nilai rata-rata : 1,3531328125 volt
modus : 1,35224609375 volt
nilai tengah : 1,35224609375 volt
simpangan tertinggi : 1,365546875 volt
simpangan terrendah : 1,34337890625 volt
error : 1,353128125 volt - 1,34 volt
= 0,013128125 volt
Dengan membandingkan terhadap nilai yang ditunjukan voltmeter, dapat diketahui bahwa terjadi kesalahan baca adalah sekitar 0,01 volt. Hal ini lebih dimungkinkan karena pamakaian tegangan referensi yang tidak presisi. Lampu belajar dinyalakan Sakelar lampu belajar terhubung dengan PIND.0 berarti sakelar ini terhubung dengan port istimewa. Sakelar kemudian diaktifkan, dengan kata lain lampu belajar dinyalakan. Ketika proses lampu dinyalakan catatan waktu
ketika lampu dinyalakan adalah 22:09:55 WIB, lampu kemudian dimatikan pada pukul 22:16:10 WIB. Terlihat perubahan dari nol ke satu kemudian berubah kembali dari satu ke nol pada input digital nomor 10.
Tabel 6. Data kondisi awal input analog yang dicatat
yang diamati adalah penambahan jumlah record di database sebelum system dibiarkan menyala selama beberapa jam. Selain itu, dilakukan ngamatan jumlah pulsa yang berkurang. Pada kondisi awal, tercatat jumlah record adalah sebanyak 68 dan saldo pulsa adalah senilai IDR 2.083. Sistem dibiarkan aktif mulai dari pukul 11:00:00 WIB. Sistem dimatikan puku 07:15:00 WIB keesokan harinya. Waktu yang dijalani oleh sistem untuk terus aktif adalah sekitar 8 jam 15 menit. Pada pukul 07:15:00 WIB, tercatat jumlah record adalah 474 dengan sisa pulsa IDR 1.568. Dengan melakukan kalkulasi sederhana didapat bahwa penambahan record adalah sebanyak 406, dan pengurangan saldo pulsa adalah sebesar IDR 515. Hasil ini lebih sedikit dari saldo pulsa yang seharusnya berkurang secara teori yakni IDR 990. Hal ini mungkin disebabkan oleh besar pengiriman data ke server tidak mutlak 2 kilobyte, melainkan bervariasi akibat tergantung pada kondisi luar seperti error. Error yang terdeteksi pada transmisi akan menyebabkan pengiriman ulang data, hal ini akan menambah banyaknya data yang dikirim.
5. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan menggunakan mikrokontroler ATmega128 yang dikombinasikan dengan modul GPRS SIM300, dapat dibuat sistem system pemantau kondisi ruangan shelter BTS.
2. Dari hasil pengujian, diketahui bahwa : Semua data digital dapat disajikan dengan baik di bagian server tanpa ada perubahan. Namun, untuk data analog ada sedikit perbedaan disebabkan kurang presisinya tegangan referensi. Operasi control dari server dapat dilakukan dengan baik oleh MCU. Terdapat variasi besar data yang dikirim oleh SIM300. Lama untuk pengiriman data ke server oleh SIM300 memiliki variasi.
PUSTAKA
Adji, Teguh Barata (2004). SCADA Supervisory
Control and Data Acquisition Menggunakan
Teknologi Komunikasi Bergerak, Disertasi.
Yogyakarta, Program Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada
Haryadi, Sigit, et al . Analisis Perbandingan Kinerja
Teoritis dan Praktek GPRS. Departemen Teknik
Elektro, Institut Teknologi Bandung.
International Engineering Consortium, “The
Human-Machine Interface (HMI). Diakses
tanggal 1 Januari 2010 dari
http://www.iec.org/acrobat.asp?filecode=64
Perpustakaan Institut Teknologi Telkom, “Human
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
F-93
Machine Interface (HMI)”. Diakses tanggal 1
Januari 2010,dari:
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?vie
w=article&catid=25%3Aindustri&id=447%3Ah
uman-machine-interface-hmi-
&option=com_content&Itemid=15
Tribuana, Rachmad Pascal, “Perancangan dan
Perealisasian Visual Human Machine Interface
Pada Miniatur Mesin Pengisian Botol Berbasis
Mikrokontroller”, 2005. Diakses tanggal 1
Januari 2010 dari : < http://digilib.its.ac.id/ITSMaster-
3100007029374/8124>
Tutorial Point, “Learning GPRS”. Diakses tanggal
11 Spetember 2009 dari :
:<http://www.tutorialspoint.com/gprs/gprs_archi
tecture.htm>
Selular, Menyikap Seluk Beluk BTS, Diakses
tanggal 1 Januari 2010 dari : < http://www.xphones.
com/www/as_detail.php?id=357>
Usman, Uke Kurniawan, General Packet Radio
Service, 2005. Diakses tanggal 18 Desember
2009 dari: :
<http://www.stttelkom.ac.id/staf/UKU/Presenta
si%20Publikasi%20UKE/Standard-GPRSUKU.
ppt>
Wadhana, Lingga (2006), Microcontroller AVR Seri
ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikas,
Yogyakarta, Andi.
Wicaksono, Handy (2009), Introduction to SCAD, 2
Diakses tanggal 3 September 2009 dari:
<http://learnautomation.files.wordpress.com/20
09/02/1-pengenalan-scada-18-feb-09.pdf>
Winoto, Ardi (2008), Microcontroller AVR Atmega
8/32/16/8535 dan Pemrogramannya dengan
Bahasa C pada WinAVR, Bandung, Informatika
1 komentar:
Bro? Alatnya work ga?
Posting Komentar